Passion Books: Editor, Penulis, Penerbit

Untuk menjadi penulis tidak harus menempuh pendidikan ataupun punya latar belakang dari jurusan sastra atau bahasa. Yang penting adalah menyukai buku dan mencintai dunia tulis menulis.

Kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang editor adalah

Tertarik dengan dunia perbukuan serta suka membaca dan menulis.

Memiliki pengetahuan mengenai tren buku.

Memahami dan menguasai bahasa Indonesia.

Mampu bekerja dalam tim serta kreatif dan inovatif.

Adapun tingkatan karier editor adalah sebagai berikut :

Proofreader, yaitu orang yang bertugas menyeleksi typo atau salah ketik yang ada pada naskah.

Copy Editor, yaitu orang yang bertugas menyunting di bagian tata bahasa sebuah teks atau naskah.

Editor Akuisisi, yaitu editor yang mencari naskah.

Development Editor, yaitu editor yang mengembangkan naskah.

Right Editor, yaitu editor yang mengurus buku-buku terjemahan.

Senior Editor, yaitu Editor yang sudah memiliki banyak pengalaman.

Managing Editor, yaitu bagian yang mengelola mengenai pelaksanaan segala sesuatu di kantor.

Chief Editor, yaitu pemimpin redaksi.

Tugas penting seorang editor adalah menyunting naskah. Menyunting naskah adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi dan bahasa. Peran editor adalah meningkatkan kualitas dari naskah tersebut.

Tanggung Jawab seorang editor adalah

Mengedit naskah

Manjaring relasi, baik penulis maupun tenaga lepas yang dibutuhkan.

Membuat konsep atau usulan buku yang bisa dijajaki untuk dikembangkan atau diterbitkan.

Berkoordinasi dengan tim pracetak, tim promosi dan tim pemasaran.

Seorang penulis perlu banyak membaca. Kemampuan seorang penulis dalam mengolah kosakata adalah kemampuan yang sangat diperlukan. Dengan membaca, penulis menyimpan tabungan kosakata, juga bisa memunculkan sebuah ide.

Ada dua cara menerbitkan sebuah buku yaitu Self Publishing dan juga melalui perusahaan penerbit.

Self Publishing atau terbit mandiri yaitu Penulis mengurus proses penerbitan bukunya secara langsung/mandiri, mulai dari penyuntingan naskah, layout, dan desain buku. Dalam hal ini penulis juga bisa menargetkan siapa pembaca dan juga menganalisi mengenai pasarnya seperti apa.

Menerbitkan buku melalui perusahaan membutuhkan waktu yang panjang karena akan ada seleksi naskah dari perusahaan penerbit.

Untuk dapat menembus perusahaan penerbit, yang harus dilakukan adalah :

Pahami genre tulisanmu.

Riset berbagai Penerbit. Googling. Kunjungi toko buku.

Pahami karakter setiap penerbit dan pastikan genre tulisanmu cocok.

Kenali "saingan" buku.

Pelajari tren yang sedang berkembang.

Sejak kapan kak widya tertarik dibidang membaca atau menulis?

Sejak di bangku sekolah tepatnya sekolah dasar (SD), kak Widya menyukai kegiatan membaca ataupun menulis. Pada pembelajaran bahasa indonesia di bangku SMP ataupun SMA ka Widya sudah membaca materi dan cerita-cerita di dalam buku tersebut. Sejak awal kak widya tidak mengetahui profesi editor dan ternyata sebagai penulis menjadi profesi ternyata bisa.

Di sekolah, kak Widya sempat memilih komunikasi dengan harapan ingin menjadi wartawan. Mengetahui jurusan sastra lebih dalam seperti mempelajari pengkajian puisi, pengkajian drama, penulis populer, kak Widya merasakan hal tersebut adalah bidang yang disukainya dan lebih dekat kepada bidang tersebut, akhirnya kak Widya memilih jurusan tersebut yaitu jurusan Sastra Indonesia.

Dari berbagai buku yang sudah kak widya baca, ada hal yang masih teringat sampai dapat menginspirasi kak widya tidak?

Tidak ada yang spesifik, mulai dari sekolah dasar sudah mulai membaca komik seperti manga atau series lalu masuk ke bangku SMP dan SMA kak Widya suka membaca cerita remaja, cerpen dan populer semacamnya.

Ketika masuk di jurusan Sastra Indonesia mulai berkembang tentang buku-buku yang lebih berat saat saya membacanya. Sastra Indonesia belajar penulisan kritik, pengkajian puisi, pengkajian drama, penulis populer dan lain sebagainya. Kecerendungan kak Widya dalam membaca buku-buku penulis perempuan seperti bagaimana perempuan dimasyarakat Bali.

Menurut kak Widya, kenapa membaca itu penting?

Menurut kak Widya, apapun profesi kita tentunya hal membaca adalah penting. Penelitian terdahulu mengungapkan bahwa sedari dini anak harus dikenalkan dengan membaca buku. Kita bisa mengenalkan buku-buku untuk melihat tokoh-tokoh, mengasah kosa kata, melihat emosional. Kita bisa juga melihat trend buku apa saja yang bisa kita baca. Kita juga harus bisa mengajak lingkungan sekitar untuk membaca, dan memperkenalkan buku-buku dimulai dari buku ringan lalu buku-buku berat. Pentingnya membaca salah satunya menjadi kegiatan positif yang dapat menghindari berita hoax atau provokasi yang tidak benar.

Bagaimana cara melihat genre calon pembaca dan bagaimana promosi di penerbit untuk dijual belikan?

Untuk sekarang ini keterlibatan penulis dengan promosi sangat penting karena jamannya pembaca melihat atau membeli buku dari siapa penulisnya, maka self branding terhadap si penulis tentunya sangat penting untuk promosi penjualan karyanya. Lewat media sosial sangat membantu promosi dengan book tour ke kota-kota besar, melakukan tanya jwab, sharing session kepada pembaca, akan tetapi isu di dalam buku tersebut bisa dibahas terlebih dahulu untuk di promosikan di masyarakat luas untuk diterima oleh pasar dan pesan-pesan yang ingin disampaikan tersampai oleh pembaca.

Apakah ada standarisasi minimal suku kata untuk sebuah draft atau tulisan ke penerbit?

Tiap penerbit tentunya berbeda-beda dalam aturan standarisasi hal tersebut, kalau dari pengalaman kak Widya dalam kepenulisa cerita minimal 75 halaman denga spasi satu. Sekarang penerbit sudah kebanjiran buku, sebagai penulis kita melihat peluang-peluang lainnya seperti diajang kompetensi atau lomba, terbit di platform-platform di media online bisa dilakukan. Mojadifren bisa branding terlebih dahulu sebagai penulis.

Standar apa saja yang kak Widya lakukan dalam memilih karya tersebut sampai lolos di verifikasi?

Untuk naskah-naskah yang lolos di verifikasi tentunya melihat tema dari karya tersebut, kalimat pembukanya, kesesuaian genre penulisannya, karakter pesan dan penutup dari karya tersebut, isu-isu yang diangkat dalam karya tersebut memberikan jawaban untuk orang-orang.